Seluma – Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Syariah Nahdlatul Ulama (STIESNU) Bengkulu secara resmi melaksanakan penarikan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) berbasis tematik desa yang ditempatkan di Desa Giri Mulya, Kecamatan Ulu Talo, Kabupaten Seluma, Bengkulu.

Kegiatan penarikan ini menjadi penanda berakhirnya rangkaian pengabdian mahasiswa kepada masyarakat yang telah berlangsung selama beberapa minggu. Program KKN tematik desa ini dirancang sebagai media pengembangan kapasitas mahasiswa melalui interaksi langsung dengan masyarakat, dengan fokus pada pemberdayaan potensi lokal dan penguatan ekonomi berbasis komunitas.

Dalam pelaksanaan program, mahasiswa KKN STIESNU Bengkulu telah melakukan berbagai kegiatan, antara lain pelatihan literasi keuangan syariah, pendampingan UMKM lokal, penguatan kelembagaan desa, serta sosialisasi pentingnya tata kelola keuangan rumah tangga. Selain itu, mahasiswa juga berperan aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan seperti pembinaan remaja, pendidikan agama, hingga partisipasi dalam program desa sehat dan bersih.

Ketua STIESNU Bengkulu, Dr. Subhan, S.Ag., M.H.I., menyampaikan bahwa KKN tematik desa bukan sekadar rutinitas akademik, melainkan wahana pengintegrasian ilmu dengan realitas sosial. “Mahasiswa didorong untuk menjadi agen transformasi sosial yang mampu membaca kebutuhan masyarakat sekaligus memberikan solusi berbasis ilmu pengetahuan dan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Desa Giri Mulya, Bapak Syaerozi, memberikan apresiasi yang tinggi atas kontribusi mahasiswa STIESNU Bengkulu. “Kami merasa sangat terbantu dengan adanya mahasiswa KKN yang ikut mendampingi masyarakat dalam berbagai kegiatan. Kehadiran mereka telah membawa semangat baru, khususnya dalam meningkatkan kesadaran warga tentang pentingnya pendidikan, ekonomi, dan kebersamaan membangun desa,” ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Hairiyanto, M.Pd., salah satu dosen pembimbing lapangan. Menurutnya, KKN tematik desa adalah media strategis untuk membumikan ilmu yang diperoleh mahasiswa di bangku kuliah. “Kehadiran mahasiswa di desa bukan hanya sebatas mengabdi, tetapi juga belajar langsung dari masyarakat. Dengan begitu, terjadi dialektika antara ilmu pengetahuan dan kearifan lokal yang memperkaya pengalaman akademik mahasiswa,” jelasnya.

Penarikan KKN ini diharapkan tidak mengakhiri hubungan akademik dan sosial antara kampus dan desa, melainkan menjadi titik awal bagi kolaborasi berkelanjutan dalam kerangka Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pada aspek pengabdian kepada masyarakat.